Kenalan yuk!

Sudah delapan surat, yang aku terima selama delapan hari ini. Isinya hanya tulisan “kenalan yuk!”.

“Maunya apa sih orang ini,” gerutuku dalam hati.

Tidak ada nama pengirim dan alamat, sehingga aku bingung, bagaimana membalas surat itu. Apakah mungkin yang mengirimnya adalah tetangga baru itu? Kalau benar, dengan senang hati aku mau berkenalan dengannya.   Sudah sebulan ini dia pindah ke rumah baruny, yang hanya berjarak lima rumah dari rumahku.

Aku sering melihatnya lewat saat akan berangkat kerja, tapi belum satu kalipun kami berbincang. Akhirnya aku punya ide untuk membalas surat kaleng itu. Orang misterius itu, mengirim surat dengan cara memasukkan ke kotak surat di depan rumahku, jadi aku melakukan hal yang sama. Dan ternyata berhasil. Dia membalas suratku. “Ini nomor ponselku 0835XXXXXXX. Aku tunggu sms dari kamu.”

Apa-apaan orang ini, pikirku. Masa aku disuruh sms lebih dulu. Dengan sedikit kesal aku singkirkan surat itu. Keesokan paginya, aku mendapat surat kaleng lagi. Isinya sama persis dengan surat yang terakhir.  Keras kepala sekali orang ini.

Selama beberapa hari datang surat yang sama. Dan akhirnya aku menyerah juga. Karena rasa penasaran yang besar, aku putuskan untuk sms ke nomor tersebut.

“Maaf ini siapa ya? Saya orang yang kamu kirimi surat setiap hari.”

Tidak berapa lama datang sms balasan. “Aku tetangga baru kamu. Boleh kenalan?”

Jantungku seperti akan melompat keluar. Pria tampan itu ingin kenalan denganku. Dengan segera aku balas, aku mau, dan dia langsung meneleponku. Namanya Nathan, pindahan dari Semarang.  Dia bekerja di sebuah perusahaan farmasi yang cukup ternama di kota ini.  Cukup lama kami mengobrol, dan semenjak itu kami sering saling telepon dan sms.

Hari ini kami akan bertemu untuk pertama kalinya. Dia mengundangku ke acara syukuran di rumahnya. Aku sengaja datang satu jam lebih awal dengan maksud ingin membantu persiapan acara syukuran.

“Lala, cepat sekali kamu datang.” Nathan membuka pintu dan tersenyum lebar.

Aku memberikan senyum termanisku. “Aku mau bantu-bantu. Boleh kan?”
“Oh, iya tentu. Silahkan masuk.”
“Lho? Kamu belum menyiapkan apa-apa? Kamu sendirian?” aku memandang ke sekeliling rumah.
“Aku pesan katering. Keluarga besarku sebentar lagi datang. Silahkan duduk.”

Sementara Nathan masuk ke dalam, aku melihat-lihat foto yang terpasang di dinding rumahnya. Ternyata dia empat bersaudara.

“Itu orang tua dan kakak-kakakku,” sahut Nathan sambil meletakkan minuman di meja. “Silahkan diminum.”
“Terima kasih,” ucapku sambil meminum teh hangat buatannya. “Kemana orang tua dan kakak-kakakmu?”
“Mereka masih tinggal di Semarang,” jawab Nathan sambil tersenyum.

Di tengah obrolan kami, tiba-tiba aku merasa pusing dan penglihatanku kabur.
“Lala, kamu kenapa?”
“Aku…kepalaku pusing..”

—————

Hal pertama yang aku lihat saat sadar adalah Nathan dengan senyum manisnya. “Akhirnya kamu bangun juga. Kamu ada di kamarku,” kata Nathan.
Aku hanya tersenyum lemah karena tubuhku rasanya masih lemas dan tidak berdaya.
Nathan mendekat dan duduk di sampingku. “Aku sudah mengamatimu sejak lama, Lala. Aku suka mata dan kakimu yang indah,” bisik Nathan di telingaku.
“Aaa..ah….” aku mencoba berbicara tapi yang keluar hanya rintihan.
“Sshhh….tenang…jangan banyak bicara dan bergerak dulu. Aku ingin menunjukkan sesuatu,” sahut Nathan, lalu berdiri dan berjalan ke arah lemari.

Mataku terbelalak melihat isi lemari Nathan. Di sana ada banyak toples yang berisi bola mata dan potongan tubuh manusia lainnya. Sudah tidak ada darah pada potongan tubuh itu. Pasti Nathan telah mengawetkannya. Aku mencoba berteriak, tapi lagi-lagi hanya rintihan yang keluar dari mulutku.

Nathan berjalan ke arahku, tetap dengan senyum di wajahnya. “Kamu akan segera bergabung dengan mereka, Lala,” tangannya menyentuh pipiku. Aku menggelengkan kepala dan mulai menangis. Nathan mendekatkan sapu tangan ke hidungku sambil berbisik, “sebentar lagi kita akan bersama, selamanya.”
Dan kemudian, gelap.

Kenalan yuk!

12 thoughts on “Kenalan yuk!

  1. iiihhh mbak isna bagusss… twist-nya dapet banget!!!

    eniwei, kalimat >>> “Sudah sebulan ini dia pindah ke rumah, yang jaraknya lima rumah dari rumahku. ” terinspirasi dari judul lagu dangdut yak? muhahaha

    pacarku memang dekat.. lima langkah dari rumah.. dung tak dung tak joss!!!

  2. “sehingga aku bingung harus membalas bagaimana.”
    cmiiw: pemilihan penyusunan katanya tolong dikoreksi lagi.

    “sudah sebulan ini dia pindah ke rumah, yang jaraknya lima rumah dari rumahku.”
    cmiiw: lebih enak kalau: “sudah sebulan ini dia pindah ke rumah barunya yang hanya berjarak lima rumah dari rumahku”

    “Ngotot sekali orang ini.”
    cmiiw: ngotot itu gak baku, mungkin keras kepala.

    “Namanya Nathan, pindahan dari Semarang.”
    cmiiw: bagian ini diberi majas tentang penggambaran sosok si nathan mungkin bagus yah

    “Hal pertama yang aku lihat saat siuman adalah Nathan dengan senyum manisnya.”
    cmiiw: ada yang kurang dari ilustrasinya, tambahkan sesuatu.
    juga kata siuman, agak aneh, kalau sadar atau terbangun?

    “Dan kemudian, gelap.”
    cmiiw: dan kemudian gelap itu berulang lagi di penglihatanku.

    keseluruhan:
    mmm … pemilihan kata-nya dikoreksi lagi.

Leave a reply to izunayuma Cancel reply